Mengenal PUEBI dan EYD serta Perbedaannya
Bahasa Indonesia bisa dikatakan adalah bahasa yang tergolong baru dan terus mengalami proses penyempurnaan semenjak Indonesia merdeka. Berbagai perubahan terus dilakukan hingga kita sekarang mengenal istilah PUEBI. Lantas, apa itu PUEBI dan hubungan dengan ejaan bahasa Indonesia terbaru?
Bahasa adalah cabang ilmu yang terus mengalami perkembangan. Oleh karena itu sejak kemerdekaan, aturan mengenai ejaan bahasa Indonesia terus disempurnakan mengikuti perkembangan zaman. Sebelum PUEBI, aturan ejaan yang lazim dikenal adalah EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan.
Mengenal Apa Itu PUEBI
PUEBI merupakan singkatan dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yakni aturan ejaan bahasa Indonesia yang dikeluarkan sejak tanggal 26 November 2015. Meskipun pedomaan ejaan PUEBI ini sudah dikeluarkan bertahun-tahun yang lalu namun banyak orang hanya mengenal aturan EYD saja.
Pedomaan ejaan yang biasa kita kenal adalah Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD yang merupakan ejaan bahasa Indonesia dikeluarkan saat era Orde Baru tahun 1972 melalui Kepres Nomor 57.
Sejak dikeluarkan aturan EYD, kajian mengenai bahasa Indonesia terus mengalami proses penyempurnaan hingga dikeluarkan PUEBI melalui Permendikbud No. 50. Sejak diluncurkan tahun 2015, fungsi PUEBI sebagai pedoman berbahasa Indonesia yang diakui secara resmi.
Berdasarkan peraturan ejaan bahasa Indonesia yang dikeluarkan tahun 2015 lalu, PUEBI secara resmi sudah harus diterapkan di berbagai instansi pemerintahan, instansi swasta, hingga masyarakat umum.
Memahami apa itu PUEBI sangat penting terutama bagi kamu yang bekerja di dunia kepenulisan. PUEBI mengatur mengenai hal-hal yang terkait ejaan.
Di dalamnya terdapat panduan mengenai tanda baca, pemakaian huruf kapital, penulisan unsur serapan dari bahasa asing, cara penulisan kata dan sebagainya. PUEBI akan memberikan panduan yang benar mengenai cara penulisan istilah-istilah asing.
Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia
Sejarah pengembangan ejaan bahasa Indonesia telah berlangsung beberapa kali semenjak kemerdekaan Indonesia. Bahkan peraturan mengenai ejaan bahasa Indonesia sudah dikeluarkan pertama kali sebelum era kemerdekaan Indonesia. Berikut sejarah singkat ejaan bahasa Indonesia:
1. Ejaan van Ophuijsen
Ejaan bahasa Indonesia yang dikeluarkan pertama kali adalah ejaan van Ophuijsen yang berlaku sejak tahun 1901 hingga tahun 1947. Nah, ejaan van Ophuijsen mengatur mengenai penulisan huruf konsonan, vokal, istilah, huruf kapital, tanda baca dan sebagainya.
2. Ejaan Soewandi atau Republik
Aturan ejaan bahasa Indonesia yang kedua keluar dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Ejaan Soewandi atau Republik keluar di tahun 1947 dan berlaku hingga era Orde Baru tahun 1972.
Ejaan Soewandi atau Republik juga mengatur mengenai penulisan huruf kapital, huruf kecil, huruf vokal dan konsonan, tanda baca dan lainnya. Ada beberapa perbedaan antara ejaan Soewandi atau Republik dengan ejaan yang keluar pertama kali.
Perbedaan ada pada aturan penulisan tanda apostrof atau petik atas, huruf konsonan, dan huruf vokal. Dalam perjalanannya, sosialisasi ejaan yang baru mengalami kesulitan karena luasnya medan wilayah NKRI saat itu.
Apalagi kendala alat komunikasi dan transportasi yang masih terbatas membuat proses sosialisasi menjadi lebih sulit.
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Kepres) tahun 1972 Nomor 57. Sejak dikeluarkannya peraturan EYD, para pakar bahasa Indonesia terus melakukan pengkajian mengenai bahasa dan sastra Indonesia.
Sosialisasi EYD juga terus digalakkan ke seluruh Indonesia. EYD berlaku sejak tahun 1972 hingga tahun 2015 sebelum dikeluarkan PUEBI.
4. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
PUEBI ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015 yakni Permendikbud Nomor 50 untuk mengatur ejaan tata bahasa Indonesia baru. Lantas, apa itu PUEBI dan contohnya?
PUEBI mengatur berbagai hal mengenai tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia seperti penggunaan tanda baca, huruf vokal, huruf konsonan, huruf besar atau kapital, penggunaan istilah, kata serapan dan sebagainya.
5. Perbedaan PUEBI dan EYD
PUEBI sebagai pedoman ejaan terbaru yang berlaku di Indonesia memiliki beberapa perbedaan dengan aturan ejaan di dalam EYD. Terdapat 5 perbedaan antara PUEBI dan EYD yang tersebar di 2 subbab ejaan.
Di bawah ini menjelaskan contoh PUEBI dan EYD serta perbedaan dari aturan keduanya:
1. Aturan Menulis Huruf Kapital
Di dalam subbab Pemakaian Huruf terdapat aturan penulisan huruf kapital yang sedikit berbeda dengan aturan pada EYD.
PUEBI menambahkan aturan mengenai penggunaan huruf kapital untuk huruf awal pada julukan, pangkat, sebutan dan sebagainya. Misalnya julukan seperti Ksatria Baja Hitam dituliskan dengan huruf kapital.
2. Aplikasi Tanda Baca
PUEBI juga mengatur pemakaian tanda baca pada kalimat seperti tanda titik koma (;), tanda hubung. dan tanda baca yang lain. PUEBI mengatur penggunaan tanda hubung sebagai pemisah dari kalimat yang setara yang ada di kalimat majemuk.
Sementara tanda titik koma digunakan sebagai pemisah dari bagian kalimat yang setara. Tanda titik koma juga berfungsi untuk memberikan perincian dari bagian-bagian kalimat.
3. Diakritik dari Pelafalan Huruf Vokal [e]
Pada aturan ejaan di dalam EYD, pelafalan vokal huruf [e] hanya terdiri dari dua diakritik saja. Sementara pada aturan PUEBI, pelafalan vokal huruf [e] terdiri dari tiga diakritik. Diakritik vokal huruf [e] yang pertama adalah [é] (taling tertutup) yang diucapkan pada kata sore, petak, serta enak.
Contoh Aturan Huruf Kapital di PUEBI
- Huruf kapital digunakan pada setiap awal kalimat.
- Nama orang dan julukan ditulis menggunakan huruf kapital seperti Bapak Pembangunan Indonesia, Muhammad Reksa.
- Huruf kapital ditulis untuk nama agama, nama kitab suci dan Tuhan.
Sementara diakritik vokal huruf [e] yang kedua adalah [ê] (pepet) yang diucapkan pada kata tipe, kena dan emas. Diakritik ketiga adalah diakritik yang hanya ada pada aturan PUEBI yakni [è] (taling terbuka) yang dilafadzkan pada kata pendek, ember dan militer.
4. Adanya Tambahan Diftong [ei]
PUEBI menambahkan aturan mengenai diftong [ei] menjadi empat buah setelah sebelumnya pada EYD hanya terdapat tiga diftong saja. Pada EYD diftong hanya terdiri dari au, ai dan oi yang kemudian ditambah dengan ei pada PUEBI.
Penambahan diftong karena adanya kata serapan seperti geiser, survei dan eigendom. Kata eigendom mungkin masih sedikit asing karena belum banyak digunakan. Eigendom memiliki arti kepunyaan, kepemilikan mutlak suatu barang.
5. Aturan Menulis Huruf Tebal
PUEBI menjelaskan aturan menulis huruf tebal yang sebelumnya tidak diatur di dalam EYD. Huruf tebal di dalam aturan PUEBI diterapkan pada kata-kata yang sudah ditulis dengan teknik italic atau tulisan miring. Istilah asing adalah beberapa kata yang penulisannya harus ditulis miring dan cetak tebal.
Dalam PUEBI juga diatur penulisan huruf tebal pada nama bab, judul buku, subbab serta bagian teks yang harus dipertegas.
Demikian sudah penjelasan mengenai PUEBI dan EYD yang bisa kamu pelajari dirumah maupun di sekolah. Semoga bermanfaat.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow